Alhamdulillah diri ini telah diberikan secercah cahaya hidayah-Nya, sehingga diberi kemudahan jalan untuk lebih mengenal-Nya, setelah melalui proses pencarian yang tidak sebentar, akhirnya biji iman itu tertanam dalam qolbu melalui baiat thoreqoh Syadziliyah oleh guru mursyid tercinta Syaikh Sholahuddin Abdul Jalil Mustaqim tanggal 24 April 2005 di Pondok Pesulukan Thoriqot Agung (PETA
Menampilkan1 - 1 of 1 untuk pencarian: 'Abdul Jalil Mustaqim', lama mencari: 0.04s . Daftar Grid Visual Sortir. Analisis Kualitas Layanan Jasa Dokumen Foto di Kantor Berita Antara dengan Metode Service Quality . Book. oleh Abdul Jalil Mustaqim
SholahuddinAbdul Jalil Mustaqim LIRIK LAGU "QOD TAMAMALLAH MAQASIDNA" [Habib Syekh Solo], MARI KITA TIRU NABI MUHAMMAD SAW CARA MENGAKTIFKAN AKUN FACEBOOK YANG DIKUNCI
Videox ini adalah makam dari Wali agung syekh Mustaqim bin husain#daruldzakirin #waliyullah #thoriqoh #thoriqohsyadziliyahwalqodiriyah #qodiriyah #tulungagung
1""(/ 01')2 3*#') NEGARA : MESIR PPLN : MESIR KEDUTAAN : KBRI CAIRO NO NO PASPOR N I K N A M A TEMPAT LAHIR TANGGAL LAHIR UMUR STATUS PERKAWINAN B/S/P JENIS KELAMIN L/P A L A M A T KETERANGAN 1 A 1082538 A Nova Burhanuddin Lamongan 9/Nov/87 26 B L Musallas St, 10th District Nasr City, Cairo 2 A 4020491 Aas Nurasiyah Ajid Salwi Karawang 28/Jul/82 31 S P 8 El Mesaha St, Dokki Giza 3 A 1082761
DiusungPartai Hanura Nyalon Wako Pagar Alam, Alfrenzi Panggarbesi Nyatakan Siap
Thespread of radicalism in education requires students to fortify and strengthen their beliefs to not fall into radicalism. The researcher aims to discover the revitalization of NU's practice in countering radicalism in schools. In this study, the
SyekhAbdul Jalil. 4 likes. Book. Book. 4 people like this topic
2WXa. seorang Mursyid Thariqoh Syaziliyah yang masyhur adalah KH Abdul Jalil Mustaqim, Tulungagung Jawa Timur. Kiai Jalil juga mengasuh pesantren bernama Pesantren PETA Pesulukan Thariqoh Agung, Tulungagung. Ayahnya, Syekh Mustaqim Husein juga seorang sufi besar pada jamannya, juga seorang Mursyid Thariqoh. Suatu hari, ada seorang santri yang gelisah terkait makna zuhud, sehingga santri ini memberanikan diri bertanya Kiai Jalil. “Mbah Kiai, apa yang dimaksud zuhud dalam kitab Ihya Ulumuddin?” tanya santri penuh penasaran. “Kamu belum paham ya?” Kiai Jalil balik bertanya. “Belum, Mbah Kiai,” jawab santri. “Sekarang kamu ke sana. Itu ada bak mandi, kamu isi sampai penuh ya,” perintah Kiai Jalil. “Injeh, Mbah Kiai. Siap!,” jawab santri. Santri itu kemudian mengisi dua bak mandi yang besar itu. Santri itu menimba air dari sumur yang tak jauh dari bak mandi. Karena begitu penasaran dengan makna zuhud, santri ini tidak terasa sudah mengisi secara penuh bak mandi itu. Capek, tentu saja. Tapi itu tak dirasakan sedikitpun oleh santri itu. “Sudah selesai Mbak Kiai. Dua bak mandi sudah penuh semua.” Santri itu melaporkan tugasnya kepada Kiai Jalil. “Kamu capek atau tidak?” tanya Kiai Jalil. “Injeh, Mbah Kiai. Capek, tapi saya senang Mbah Kiai,” jawab santri dengan tetap riang gembira. “Ya sudah. Sekarang kamu mandi dulu ya. Habis mandi, nanti ke rumahku ya,” tegas Kiai Jalil. “Injeh, Mbah. Nderek Dawuh,” jawab santri. Karena merasakan capek yang sangat, santri itu bergegas mandi ingin menikmati segarnya air yang sudah diambil dari sumur. Begitu nikmat ia mandi, sehingga ia tersadar untuk segera sowan Mbah Kiai. Setelah ganti baju yang pantas, santri itu bergegas sowan kepada Mbah Kiai. “Sudah rampung mandinya?” “Sudah Mbah Kiai.” Jawab santri dengan gembira. “Airnya kamu habiskan?” tanya Kiai Jalil. “Ya tidak, Mbah Kiai. Saya gunakan secukupnya saja.” Jawab santri. “Itulah zuhud wahai santriku. Carilah harta sebanyak-banyak, tapi gunakan harta itu secukupnya saja. Sisanya biar dimanfaatkan untuk keperluan orang lain.” Tegas Mbah Kiai Jalil dengan sederhana. Santri itu kaget dan terpana dengan jawaban sederhana dari mbah kiai yang sangat dihormatinya itu. Tanpa perlu dalil-dalil dan ayat2, Mbah Kiai Jalil memberikan jawaban yang sangat tepat bagi santri itu. Itulah ciri khas ulama’ Indonesia. Mereka mampu menerjemahkan ajaran Islam dengan penjelasan sederhana, tetapi maknanya sangat dalam dan sangat cocok dengan kondisi masyarakat. Inilah ilmu warisan para ulama yang terus mengalir kepada umat Islam Indonesia sampai saat ini. Editor Setyanegara Post Views 321 Tags abdul jalil mustaqim, Kyai Jalil, zuhudJune 16, 2023Tanggapan Aliansi Rakyat Maluku Selatan Terhadap Pernyataan PM Belanda Mark RutteJune 16, 2023Prediksi Revolusi Rakyat Akan Berawal Dari Mahkamah AgungJune 15, 2023Melawan Atau Jadi JongosJune 15, 2023Politik Negara Apa Masih Ada?June 14, 2023Koreksi UUD 2002 Hasil Amandemen Dengan Pokok-Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945June 14, 2023Kita Butuh Pemimpin BeraniJune 14, 2023Ubed Cabut Pengaduan KPK Kasus Gibran-Kaesang?June 14, 2023Bu Megawati PDI-P Akan Buat Kejutan Besar Untuk Anies BaswedanJune 13, 2023PDIP Masihkah Milik Trah Soekarno?June 13, 2023Negara Kembali Ke UUD 1945
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Jakarta, KompasianaHari ini Sabtu, 31/8/2019 bersamaan dengan Peringatan Tahun Baru IslAM 1 Muharram 1441 Hijriyah. adalah diselenggarakannya Acara Haul Hadlratussyeikh Mustqim Bin Husain, Tulungagung, Jawa Timur. Acara Haul Mbah Taqim beliau biasa dipanggil dihadiri oleh para muridnya yang tersebar di seluruh Indonesia, bahkan manca negara, seperti Jerman, Belanda, Macau, Jepang, Korea dan lain sebagainya. Rutinan dan Khususiyah Jamaah Thoriqoh Syadziliyah wal Qodoriyah/Foto by. Abdus Saleh Radai Perjalanan Acara Haul Hadlratussyeikh Mustqim Bin Husain tahun ini diawali dengan Rutinan Malam Jum'at yaitu Khususiyah Jamaah Thoriqoh Syadzliyah wal Qodiriyah Pondok PETA Tulungagung, Titik Cikarang Kota Bekasi Jawa Barat. Khususiyah merupakan amaliah pembacaan aurad Syadziliyah wa Qodiriyah yang di baca secara bersama-sama pada malam Jum'at dan malam Selasa untuk Titik Cikarang Kota, dan di pimpin oleh Imam Khususiyah Thoriqoh Syadziliyah wal Qodiriayah Pondok PETA Tulungagung. Peserta Rutinan Khususiyah adalah Jemaah Thoriqoh yang telah di Bai'at, baik Bai'at Thoriqoh Syadziliyah atau pun Bai'at Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsabandiyah. Bai'at hanya bisa dilakukan oleh Mursyid Thoriqoh Syadziliyah wal Qodiriyah Pondok PETA Tulungagung, yaitu Romo KH. Charir Sholahuddin Al Ayyubi dari Romo KH. Abdul Jalil Mustaqim atau Romo KH. Arief Mustaqim dari Romo KH. Mustiqim bin Husein, dan sterusnya sampai ke Sultanul Aulia Abi Hasan As-Syadzily. Pengajian/Musyawarah Jum'at Pagi Bersama KH. Agus Salim/Foto by. Abdus Saleh Radai Seperti biasa setiap Jum'at pagi Jamaah Thoriqoh Syadziliyah wal Qodiriyah Pondok PETA Tulungagung, Titik Cikarang Kota Bekasi, diisi dengan rutian musyawarah. Musyawarah adalah pengajian khusus bagi jamaah Thoriqoh Saydziliyah wal Qodiriyah. Semua hal yang berhubungan dengan perjalanan batin jamaah di musyawarahkan pada Imam Khususiyah. Selayaknya murid yang sedang berjalan menuju hadirat Allah SWT, pasti mempunyai pengalaman-pengalaman ruhani yang tidak bisa kita tafakkuri, asumsikan, dan atau menerjmahkan sendiri. Pengalaman batin dan ruhani tersebut harus di musyawarhkan agar mendapat penerangan atau takwil yang benar, sehingga bermanfaat dan berfaidah bagi peningkatan kualitas perjalanan seorang murid dan sebagai salikin yang sedang berjalan menuju mengenal dan cinta pada Allah. Kegiatan ini dinamakan Majelis Musyawarah Jamaah Thoriqoh Syadziliyah wal Qodiriyah. Setelah selasai kegiatan pengajian musyawarah, dilanjutkan dengan silaturrahim dan ziarah ke Makan KH. Mahfudz Syafi'i, Pondok Istighotsah, Bulak Kapal, Bekasi Jawa Barat. Ziarah ke Makam KH. Mahfudz Syafi'i, Bekasi Jawa Barat/Foto by. Abdus Saleh Radai Pada Hari Jum'at tanggal 30/8/2019 sebelum berangkat menuju Tulungagung Jawa Timur, seperti biasa ziarah dan silaturrahim dengan KH. Mahfudz Syafi'i Pondok Istighotsah, Bulak Kapal, Kota Bekasi Jawa Barat, yang dipimpin langsung oleh KH. Agus Salim selaku Imam Khususiyah Thoriqoh Pondok PETA Tulungaung. KH. Agus Salim senantiasa menekankan bahwa mau pergi kemana saja, apalagi yang berhubungan dengan perjalanan ruhani atau batin harus di mulai dengan berziarah ke Makam KH. Mahfudz Syafi'i. Hal ini dilakukan kerena KH. Mahfudz Syafi'i adalah pembawa Thoriqoh Pondok PETA Tulungagung, dari Mbah KH. Mustaqim bin Husein, melalui Mbah KH. Chasbullah Marzuqi, ke Jawa Barat Khususnya daerah Bekasi dan sekitarnya. Situ Lengkong Panjalu, Ciamis, Jawa Barat/Foto by. Abdus Saleh Radai Setelah selesai ziarah ke Makam KH. Mahfudz Syafi'i, rombongan langsung melanjutkan perjalanan untuk ziarah dan silaturrahim ke Mbah Wali yaitu Mbah Panjalu, Ciamis Jawa Barat. Menurut beberapa sumber, Syeikh Panjalu adalah Prabu Borosngora putra dari Prabu Cakradewa. Sedangkan menurut Gus Dur, beliau adalah prabu Hariang Kencana atau Sayid Ali Bin Muhammad bin Umar Mbah Panjalu. Syeikh Panjalu atau juga biasa disebut Mbah Panjalu adalah seorang Ulama penyebar agama Islam di sekitar wilayah Ciamis, Jawa Barat. Lokasi makam Mbah Panjalu berada di pulau Nusa Gede, di tengah sebuah danau yang berada di sebuah bukit yang masuk wilayah Ciamis Jawa Barat. Danau yang mengelilingi pulau kecil yang disebut Nusa Gede atau Larangan ini dikenal dengan sebutan Situ Lengkong Panjalu. Letak makam Mbah Panjalu sendiri berada di kawasan hutan lebat seluas 57 hektare di tengah pulau kecil ini. Pulau Nusa Gede atau Larangan ini dikelilingi air yang berwarna kehijauan. Konon air di Situ Lengkong ini berasal dari mata air zam-zam di Mekkah. Ziarah ke Makam Mbah Panjalu, Ciamis Jawa Barat/Foto by. Abdus Saleh Radai 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
haul pondok peta 2012 oleh Ceramah Haul Pondok PETA Haul Pondok PETA Pesulukan Thoriqot Agung, Haul Hadlrotusyaikh Mustaqiem bin Husein, Nyai Hj Sa’diyah binti H Rois dan Hadlrotusyaikh Abdul Djalil Mustaqiem. Juga sebagai sarana silaturahmi jamaah thoriqot Syadziliyah setiap tahun yang diadakan di Tulungagung, Jawa Timur. Kemarin, dihadiri oleh Habib Jamal Bin Thoha Baaqil Malang KH Dr Zainur Roziqin Malang KH Syarofuddin Rembang KH Imron Jamil Jombang Bapak Wagup Jatim Read the rest of this entry » Syadziliyah Posted by den Bagus On 853 AM Diriku adalah orang awam yang tidak banyak tahu tentang Islam, bukan juga seorang yang banyak ibadah, bahkan diriku adalah seorang yang masih sering terseret oleh hawa nafsuku. Belajarku tentang Islam hanyalah dari sepnajang jalan yang kulalui selama ini, tidak pernah secara khusus, detail ataupun secara terstruktur. Tetapi satu hal yang sangat-sangat kusyukuri adalah bahwa aku menemukan tarekat / thoriqoh ini, ya… tarekat Syadziliyah / thoriqoh Syadziliyah. Lebih bersyukur lagi bahwa diriku tidak usah mencari lagi sumber dari thoriqoh ini sebagaimana mugkin orang lain yang harus mengalami perjalanan panjang dalam mencari sumber thoriqoh ini, sumber yang jernih dan dapat menjernihkan qalbuku. Sumber itu adalah mursyid kamil dan mukammil dari pondok PETA Tulungagung yang kebarokahannya senantiasa dapat kurasakan. Mulai dari Syaikh Mustaqim bin Husein, Syaikh Abdul Jalil Mustaqim dan yang sekarang Syaikhina wa Mursyiduna wa Murrobi Ruhina Sholahuddin Abdul Jalil Mustaqim. Read the rest of this entry » PONDOK PETA dan Kiai Mustaqim PONDOK PETA dan Kiai Mustaqim Luar Biasa, Haul Pondok Peta Tulungagung Oleh faizin 14-Jan-2008, 222927 WIB Tulungagung, Kharisma Kiai Mustaqim bin Hussein dan Kiai Abdul Djalil Mustaqim, pengasuh pondok pesantren Pesulukan Tareqot Agung Peta Tulungagung, Jawa Timur, tak juga surut meski keduanya sudah wafat. Nyatanya, ribuan santri tareqot dari berbagai penjuru Indonesia yang menjadi murid-muridnya, tetap saja berdatangan saat pondok tareqot ini menggelar haul, Minggu Tak pelak, peringatan haul KH. Mustaqim bin Huseein ke-38, KH Abdul Djalil Mustaqim ke-3 dan Nyai Sakdiyah ke-20 itu, benar-benar berlangsung luar biasa. Ribuan santri bukan hanya memadati kompleks pondok yang berlokasi di jantung Kota Tulungagung ini. Tapi, mereka juga membludak hingga memadati alun-alun dan jalan-jalan di kawasan pusat kota penghasil marmer itu. Read the rest of this entry » sekilas pondok peta Sedikit tentang Syaikh Mustaqim bin Husein Posted by den Bagus On 131 PM Tulisan ini saya kutip dari Hadlratus Syaikh Mustaqim bin Husain lahir di desa Nawangan, kecamatan Keras, kabupaten Kediri, pada tahun 1901 M. Ayah beliau bernama Husain bin Abdul Djalil, yang merupakan keturunan ke 18 dari Mbah Panjalu, Ciamis, Jawa Barat Ali bin Muhammad bin Umar. Ketika masih berusia 12-13 tahun, Hadlratus Syaikh Mustaqim bin Husain mengabdi kepada Kiai Zarkasyi di dusun Tulungagung. Beliau mengabdi dan belajar membaca Al-Quran serta ilmu agama kepada Kiai Zarkasyi. Pada usia tersebut, Hadlratus Syaikh Mustaqim bin Husain dikaruniai oleh Allah hati yang dapat berdzikir Allah, Allah, Allah …… tanpa berhenti. Read the rest of this entry »