Dlmama ku pas hamilin saya jg pindah rmh di usis kandungan 7 bulan,bsru 3 hari kena cacar,hamil 8 bulan jatoh dr lantai 2 ke lantai 1,kata nya emang pamali ya pindah rmh Apa bun jatuh dari lt2 ke lt1 trus mamanya ama kandungannya gimana bun?
Prosesrelaktasi di nilai berhasil, ibu dan bayi diperbolehkan untuk pulang dan kontrol sesuai jadwal. Dengan dukungan yang tepat, informasi, dedikasi, relaktasi dapat dilakukan pada setiap wanita dan menghasilkan pengalaman yang membahagiakan dan berharga bagi ibu dan bayi. Kepercayaan diri dan keyakinan akan sangat membantu dalam
Saatitu suami tdk setuju untuk program relaktasi rawat inap (mungkin dipikir lebay amat sampai harus rawat inap). Dr anjar mengedukasi saya seperti ini, dan inilah yg saya ingat sampai sekarang : Menyusui itu hanya 2 tahun pertama di kehidupan anak kita. Selanjutnya tidak akan terulang. Dan kenapa alexi tidak mampu mentoleransi susu sapi?
Maunanya dong bunda Saya kan lg proses relaktasi dan anak saya usianya baru 1 lebih Kira2 pas relaktasi di sambung sufor apa ga y bun,,, soalnya asi sy msh sedikit Anonymous 2 Menyukai
RelaktasiBerhasil Seperti yang saya tulis pada postingan sebelumnya, Maiza dari usia 4 bulan 2 minggu sudah mengkonsumsi susu formula. ibu sibuk bekerja, ASI mengering, atau ibu mengalami sakit yang sementara waktu dilarang memberikan pada bayinya, kesulitan untuk menyusui karena mendapat tekanan dari lingkungan, minimnya pengetahuan
adakahyg berhasil dlm proses relaktasi Momy sharing dong yg punya pengalaman berhasil proses relaktasi bisa menyusui kembali dan usia baby brpa bulan? Ida Faj'Riana
Akumau sharing pengalaman waktu itu dapat vaksin COVID pada saat masih menyusui bayiku yang baru tiga bulan dan tidak memiliki efek samping yang berbahaya
RELAKTASI KENAPA TIDAK? 06/02/2016 bunda Asi & Menyusui 0. Ada banyak penyebab mengapa ASI tidak lancar atau bahkan tidak keluar sama sekali. Di antaranya adalah karena kurangnya asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui, stress yang melanda ibu, masalah hormonal, bayi yang bingung puting, penyakit yang diderita, obat-obatan tertentu
YEkbE0J. Sejak hamil Saya sudah mengumpulkan banyak ilmu seputar per-ASI-an. Saya pahami dan yakini kalau anak kami bisa mendapatkan ASIX sampai 2 tahun, kami pun sudah menyiapkan segala peralatan perangnya, botol kaca dan plastik ASIP sudah distok sangat banyak, pompa ASI, Cooler Bag, Ice Pack, bahkankami juga mengganti kulkas 1 pintu kami dengan kulkas 2 pintu yang freezernya bisa tahan 8 jam kalau mati listrik, maka Saya pikir persiapan kami ini sudah matang dan Saya sudah siap menjadi Ibu. Setelah melahirkan, tibalah saat paling “menyenangkan” untuk Saya, sampai-sampai Saya merasa ternyata begini ya rasanya menjadi Ibu baru. Jahitan masih sakit, tenaga masih sangat lemah, kelelahan saat melahirkan, kurang tidur, baru mau memejamkan mata tiba-tiba anak nangis mau nyusu, puting lecet, PD bengkak, dll. SAKIT! Saya menjadi stress sehingga sempat ASI nya tidak keluar. Siapa bilang menyusui itu mudah?Suatu saat anak Saya nangis tidak berhenti2, sudah disusui berjam-jam, berpindah dari payudara kanan ke kiri ke kanan lagi, tetap saja menangis, Saya panik! semakin panik semakin merasa terpuruk, menyalahkan diri sendiri, merasa ASI Saya kurang! kesalahan terbesar dalam hidup Saya. Akhirnya setiap kali anak Saya tidak puas menyusu,Saya ambil stok ASIP di freezer, saat itusudah terkumpul +-12 botol, semakin hari stok ASIP di freezer semakin berkurang, Saya pun tidak lagi sempat menyetok ASIP karena anak Saya sedang lahap-lahapnya menyusui. Dan akhirnya stok ASIP pun habis. Akhirnya Saya putuskan untuk membeli sufor, dan berlanjutlah ASI mix sufor usia 1,5bln. Pupus sudah harapan Saya untuk memberi ASIX selama 2 tahun untuk anak Saya. Kala itu Saya tidak tau bahwa anak Saya sedang mengalami Growth Spurt, terbuktilah ternyata ilmu Saya masih sangat kurang mengenai per-ASI-an. Kehidupan berlangsung normal, Saya sudah mulai ceria, ga sakit lagi, ga lelah lagi, Alhamdulillah, Saya semakin menyayangi anak Saya. Sampai akhirnya setiap kali Saya mau menyusui, anak Saya menolak, menjerit, bahkan menangis kalau mau disusui. Astaghfirullah apa lagi ini? Usia anak Saya masih 4 bulan saat itu, akhirnya hanya sufor saja yang masuk, saya pompa ASI hanya saat penuh saja supaya ga bengkak sudah mulai melupakan management ASIP. Lama-lama Saya terlena dengan sufor, dan akhirnya stop pumping. Lagi-lagi Saya ga tau bahwa anak Saya mengalami bingung puting akibat penggunaan dot ini baru Saya ketahui setelah bergabung dengan komunitas EPING. Saat anak Saya usia 6 bulan, tiba2 ada perasaan bersalah saat melihat anak lain yang sedang minum ASI, ya Allah Saya mau relaktasi! Sudah terfikir untuk datang ke klinik laktasi, namun setelah tau biayanya, Saya mundur.. karena saat itu kondisi ekonomi keluarga kami sangat pas-pas an. Akhirnya Saya browsing cara-cara relaktasi tanpa bantuan dokter. Saya membaca bahwa seorang wanita yang mengadopsi anak saja bisa mengeluarkan ASI, jadi Saya optimis pasti bisa! Saya membaca blog seorang dokter, disana Saya mendapatkan info ternyata bisa tanpa bantuan dokter asalkan saat aerola dipencet ASInya masih keluar walau sedikit, YESS!! Saya coba, walau ga disusuin langsung, hanya marmet memerah dengan tangan, prosesnya kurang lebih 1 bulan sampai akhirnya berhasil mengumpulkan 2 botol dalam waktu 24 jam ASI diperah tiap 2 jam, dikumpulkan dalam 24 jam, Saya senang sekali, walaupun ga bisa full ASI, tapi anak Saya masih bisa mencicip ASI setiap hari. Terus mengandalkan marmet/pumping sampai usia anak Saya 8 bulan. Sampai akhirnya ada masalah di kantor Saya, yang membuat Saya tidak bisa lagi konsisten pumping 2 jam sekali, akhirnya Saya menyerah, Saya lelah menjadi EPING Exclusive Pumping. Anak saya pun full sufor kembali. Saat usia anak Saya 11 bulan, masuklah saya ke komunitas Exclusive Pumping Mama Indonesia, disana sangat banyak ternyata ibu-ibu yang tidak bisa menyusui langsung ke anaknya, hanya mengandalkan pumping, stok ASIP, tapi mampu mengASIhi anaknya sampai usia 2 tahun, SALUT! Saya gemetar, merinding sendiri, dan menyesal lagi, kali ini lebih terpuruk, penyesalannya lebih parah dari sebelumnya, kenapa waktu itu Saya menyerah? Kenapa ga dari dulu Saya menemukan komunitas ini? Tangisan pun pecah kembali. Tapi hebatnya, di komunitas tersebut banyak motivasi, banyak bimbingan, banyak yang menyemangati, akhirnya Saya bangkit, dengan niat untuk relaktasi yang kedua kalinya, awalnya Saya pesimis karena sudah 4 bulan stop pumping dari usia anak Saya 8 bulan sampai 11 bulan, tapi Allah maha kuasa, saat Saya pencet ASI masih keluar walau diujung saja JAkhirnya Saya jalani kembali cara relaktasi yang pernah Saya lakukan sebelumnya, Alhamdulillah dalam waktu +-3 bulan usia anak Saya 14 bulan, dalam 1 sesi pumping kanan dan kiri saya bisa mendapatkan 30ml ASIP untuk anak Saya. Kedepannya, apabila Saya diizinkan untuk memiliki anak lagi, Saya akan menebus kesalahan Saya ini, dengan mencari ilmu yang lebih banyak lagi dari sebelumnya, karena ternyata menyusui itu tidaklah semudah yang dibayangkan, dan banyak sekali ilmu yang harus dipelajari untuk bisa mengASIhi Kisah inspiratif oleh Bunda Rani A Abiyudha
Salam ASI! Mama, pernah dengar Relaktasi? Relaktasi adalah kembali menyusui bayi setelah sebelumnya tidak/berhenti menyusui. Relaktasi ini memang jadi tantangan berat buat para mama, apalagi kalau tidak didukung oleh keluarga dan lingkungan. Banyak yang menganggap, toh udah enak pake sufor, kok masih mau repot nyusuin lagi. Bagi mama yang sekarang sedang berjuang relaktasi, atau ingin sekali relaktasi namun kurang mendapat dukungan, boleh simak cerita mbak Dwi dari Batam yang berhasil relaktasi setelah 2 bulan tidak pernah menyusui bayinya sejak lahir. Ini bukti bahwa niat kuat dan dukungan banyak pihak, membuat mama berhasil relaktasi. "Halo para mama seKepri. Nama saya Dwi, usia 32 tahun, anak 2 orang. Anak pertama usia 8 tahun, perempuan. Anak kedua, Ridwan, usia 13 bulan. Alhamdulillah sepasang. Cerita saya relaktasi ini pada anak kedua saya. Saya menikah umur 23 tahun, dan sejak menikah memang bekerja. Alhamdulillah Allah SWT menitipkan rezeki, saya hamil anak pertama. Saat itu mertua tinggal bersama dengan kami, sehingga ketika saya harus melahirkan secara SC, mertua banyak membantu. Karena belum begitu mengerti mengurus anak, akhirnya saya hanya menurut pada mertua. Anak tidak diberi ASI, dan fokus saya saat itu hanya kerja, kerja, dan kerja. Urusan anak saya serahkan ke mertua. Waktu itu saya tidak terpikir betapa pentingnya ASI dan betapa ruginya tidak menyusui anak saya. Sangat kurang ilmu saya saat itu. Beberapa tahun kemudian, saya dipercaya Allah untuk hamil lagi, namun keguguran. Begitu terus sampai 3x. Akhirnya saya hamil lagi, dan kali ini saya benar-benar jaga. Apalagi saat di USG saya diberitahu bahwa jenis kelaminnya kali ini laki-laki. Senangnya akan mendapat anak sepasang. Saat itu masih belum ada pikiran akan memberi ASI ke anak kedua saya. Fokusnya bagaimana menjaga agar kandungan ini sehat, dan tidak keguguran lagi. Perkiraan saya melahirkan sekitar Maret 2014. Namun, ternyata air ketuban sudah pecah di awal bulan Februari, saya pun segera di SC. Setelah lahiran, Alhamdulillah anak saya sehat, laki-laki, kami beri nama Ridwan. Namun setelah lahiran itu, bayi tidak dirawat gabung dengan saya. Tetangga dan saudara yang datang menjenguk jadi bertanya, apa bayinya tidak disusuin? Harusnya kan disusuin. Saat itu saya baru mulai berfikir apakah ASI itu penting. Pulang ke rumah dari RS, payudara saya bengkak semua, rasanya nyeri sekali. Tetangga yang datang menyarankan untuk dipijat dahulu, agar bengkaknya kurang. Ada juga yang menyarankan untuk dikompres saja. Saat itu tidak ada yang menyarankan agar payudara diperah pakai tangan dulu, lalu diminumkan ke Ridwan. Saya demam 3 hari, bada sakit semua. Mertua saya tidak bisa membantu karena sedang sakit stroke. Akhirnya Ridwan saya beri susu botol saja di umurnya yang masih semingguan. Sampai umur sebulan, saya bertemu dokter di RS tempat Ridwan diimunisasi. Dokter tersebut bertanya mengapa Ridwan tidak disusuin. Dan saya cukup kecil hati saat itu. Tapi itu berhasil membuka pikiran saya bahwa ASI sangat penting buat anak saya. Saya pikir bahwa Ridwan sebagai laki-laki nanti akan jadi imam bagi keluarganya, tentu perlu asupan terbaik sejak dini dan dididik dengan baik. Mulailah saya rajin browsing di internet, tanya teman, tanya bidan. Yang paling membuat saya yakin adalah bahwa ASI itu dari Allah, tidak boleh disia-siakan. Sekitar bulan April, saat itu Ridwan usia 2 bulan, saya berobat ke Puskesmas Botania. Saat itu dokter yang bertugas, dr. Ika bertanya apakah saya sedang menyusui, karena akan memberi antibiotik. Sayapun langsung mengalir cerita bahwa saya tidak menyusui anak saya. Ternyata dr. Ika adalah seorang Konselor Laktasi. Dr. Ika saat itu meyakinkan saya bahwa ASI saya masih ada, dengan mengajarkan cara memerah pakai tangan. Eh, takjub, Subhanallah, saat diperah itu, ASI saya masih ada di kedua payudara. Saya sangat terharu. Ternyata ASI saya tidak kering. Dr. Ika bertanya apakah saya mau untuk relaktasi, saya awalnya khawatir, apalagi bulan Mei saya harus masuk kerja lagi. Berarti persiapan saya untuk relaktasi ini sekaligus menyetok ASIP buat Ridwan tinggal sebulan lagi. Apa masih cukup? Tapi karena dr. Ika terus meyakinkan saya, dan suami juga mendukung, maka saya mantap mulai program relaktasi dengan dr. Ika. Saat itu saya dijadwalkan untuk bertemu dengan dr. Ika 2 minggu sekali, membawa Ridwan sekalian. Dimulailah program relaktasi saya. Syarat dari dr. Ika cukup sederhana sebelum mulai ini, yaitu niat kuat dan dukungan semua pihak. Saat itu dr. Ika berkomitmen untuk jadi suppoter saya Jadi kapanpun saya down saat relaktasi ini, jam berapapun, dr. Ika siap untuk dicurhatin dan kasih dukungan ke saya. Saya diberi penjelasan tentang manfaat ASI, dan Subhanallah begitu sempurna Allah menciptakan ASI. Begitu rugi bila tidak menyusui. Sayapun berniat kuat untuk belajar menyusui Ridwan, walaupun 'terlambat' 2 bulan. Saya harus stop dot saat memberi sufor ke Ridwan, ganti jadi sendok dan gelas kecil. Saya diajarkan lewat video cara memberi minum bayi dengan cup feeder, lalu saya praktekkan langsung ke Ridwan di depan dr. Ika. Lalu, setiap saat Ridwan bangun, saya harus skin to skin. Kontak kulit antara Ridwan dan saya paling kurang selama 15 menit. Setiap malam sebelum tidur, saya harus meletakkan Ridwan di dada saya. Awalnya dia takut, mungkin aneh, dan kadang dia menolak. Tapi, saya ingat pesan dr. Ika bahwa harus tahan sedikiiiit untuk melihat anak nangis, karena dia lagi bingung. Saya diyakinkan bahwa bayi kita, anak yang telah kita kandung 9 bulan, pasti menyukai mamanya, dan dia menangis bukan karena benci, tapi karena bingung. Jadi saya tahan-tahankan, tetap saya skin to skin dengan Ridwan setiap malam. Terutama setelah dia agak mengantuk. Dr. Ika bilang sebaiknya kasih minum sufor kurangi 10 ml dari yang dosis biasa, lalu dilanjut dengan menyusu langsung dari payudara. Jadi jangan langsung memaksakan bayi menyusu saat dalam keadaan sangat lapar, tentu dia berontak marah karena aliran ASI tidak selancar aliran sufor. Alhamdulillah Ridwan mau menghisap dari puting saya, dan puting saya yang tadinya datar mulai menonjol. Rasanya Subhanallah sangat senang dan terharu saat pertama kali Ridwan bisa menyusu langsung lalu pulas tertidur kekenyangan. Perasaan yang tidak ada duanya, deh. Lalu ada masalah lain, saya harus kembali bekerja, bagaimana dengan ASIP saya yang belum ada stok sama sekali. Dr. Ika menyarankan saya beli pompa ASI, lalu botol ASI untuk menyimpannya. Setiap malam sekitar jam 3 pagi saya disarankan untuk mompa ASI dan harus selalu disyukuri berapapun jumlahnya. Saya ingat saat hanya bisa mengumpulkan 20 ml saat memompa, saya ingat lagi pesan dr. Ika untuk selalu bersyukur. Hasil pompa <24 jam boleh digabung, jadi saat sudah 50 ml, baru saya letakkan di freezer. Setelah menyusui Ridwan, saya pompa payudara sebelahnya lagi, Alhamdulillah lama-kelamaan karena rutin memompa, stok ASIP saya sudah cukup banyak. Saya jadi makin semangat dan percaya diri kembali bekerja, tetap menyusui, sekaligus menyiapkan Ridwan untuk minum ASIP. Akhirnya cuti berakhir, saya kembali kerja. Persiapan berangkat kerja harus selalu bawa pompa ASI, botol ASIP, lap, tas kecil. Kebetulan di kantor saya dapat ruangan sendiri jadi bisa pompa ASI kapan saja. Saya pompa ASI 3 kali sehari, jam 10 pagi, jam 2 siang, dan jam 5 sore. Jam 6 sore pulang bawa ASIP buat Ridwan. Sekali perah dapat 90 ml dan kadang bisa 120 ml. Tidak terasa sekarang Ridwan sudah 13 bulan dan masih menyusu. Seakan gak percaya ya, saya yang dulu sekali pompa cuma dapat 20 ml, sekarang bisa 120ml. Alhamdulillah Allah masih memberi saya kesempatan menyusui anak saya. Alhamdulillah dipertemukan dengan dr. Ika yang sangat suportif menyemangati saya relaktasi kembali, dan suami serta keluarga yang sangat mendukung. Ridwan sekarang masih menyusu dan masih minum ASIP saat saya tinggal bekerja. Perkembangannya sehat dan jarang sakit. Luar biasa manfaat ASI." Ridwan 13 bulan Hebat ya! Para mama di luar sana yang mau untuk relaktasi atau menyusui kembali, yang penting harus kuat kemauan, keras kepala untuk berhasil menyusui, lalu carilah dukungan. Carilah bantuan, carilah orang yang mengerti dan bisa membantu mewujudkan keinginan kita ini. Tidak ada yang paling indah selain perasaan saat menyusui, bahwa anak kita, sangat bergantung pada kita dan sangat membutuhkan kita, mamanya. Demikian kisah dari Mbak Dwi Nuryani, seorang ibu bekerja dengan 2 anak, yang berhasil relaktasi anak keduanya. Semoga menjadi inspirasi buat mama semua. Salam ASI!
Bagi ibu menyusui zaman now, pasti udah paham banget nih istilah-istilah di dalam dunia per-ASIan. Dari Let Down Refleks, Nursing Strike, Direct Breastfeeding, Pumping, Galaktagog, Growth Spurt, Breast Milk Jaundice sampai Relaktasi. Istilah-istilah begitu udah familiar banget lah bagi busui zaman now mah. Ngomongin ASI, pasti udah tau ya kalau di bulan ini ada perayaan sedunia khusus untuk busui. Yes, Pekan Asi Sedunia yang dimulai dari tanggal 1 Agustus - 7 Agustus. Happy Breastfeeding Week 2018 ya busui, semoga tetep semangat dan keras kepala untuk selalu menyusui. Saya tau menyusui itu berat dan butuh effort yang luar biasa, karena saya pun masih menjadi busui di usia anak yang memasuki 26 bulan. Jangan tanya kenapa saya belum nyapih, ya haha Baca juga Ada Perjuangan Keras di Balik Tagar PejuangASI Salah satu istilah familiar kaya yang disebut adalah relaktasi. Ada kah yang lagi mencoba untuk relaktasi? Sampai mana bu progresnya? Jangan pantang menyerah ya. Karena saya yakin semua ibu bisa relaktasi. Btw tanggal 1 Agustus kemarin saya hadir ke acara yang membahas tentang ASI dan Menyusui. Salah satu Narasumbernya adalah seorang dokter anak yang sekaligus konsultan laktasi. Tau kan artinya apa? Pastinya udah expert di bidangnya. Dalam sesinya, DR. Dr. Ariani Dewi Widodo Konsultan Konselor Laktasi menjelaskan tentang langkah-langkah agar berhasil relaktasi. Biar ilmu yang saya dapet nggak kesimpen sendiri aja, better saya tulis di sini biar bisa bermanfaat untuk ibu-ibu yang lagi berjuang untuk relaktasi, plus simpenan buat sendiri juga kalau suatu hari nanti harus relaktasi. Sebagai informasi, relaktasi adalah praktik menyusui kembali secara langsung ke payudara setelah beberapa waktu yang lama tidak menyusui karena alasan tertentu. Biasanya produksi asi jadi menurun maka diperlukan proses relaktasi agar produksi ASI bisa meningkat dan bayi mau kembali menyusu ke payudara langsung. Dikutip dari penjelasan dr. Ariani, langkah-langkah biar sukses relaktasi sebagai berikut Supply by Demand Buibu harus paham banget nih PRINSIP biar asi lancar itu gimana. Jadi, semakin sering dikeluarkan, maka asi semakin banyak diproduksi. Contoh sederhana yang sering saya alami, kalau mau mesen ojek online, semakin peminatnya tinggi, harganya semakin mahal kan? Begitu juga produksi asi, persis begitu. Biar produksi asinya selalu bertambah, maka harus sering-sering dikeluarkan. Caranya? Kalau anak belum mau menyusu secara langsung, berarti harus dipumping. Banyak Minum Air Putih Ini nggak boleh ke-skip. Saya aja yang menyusui biasa suka haus kalau lagi atau setelah menyusui. Apalagi ibu yang lagi relaktasi, yang pastinya lebih ekstra untuk mengeluarkan asi demi supply yang melimpah. Curi Waktu untuk Istirahat Tetap ya, istirahat harus diutamakan. Kalau anak tidur, sebaiknya ibu ikut tidur juga. Karena saya bisa merasakan, betapa jam tidur dan bangun ibu itu tergantung jam tidur dan bangun anak. Suplementasi Galaktagog Galactagogue atau galaktagog adalah nama keren dari booster asi. Kalau dirasa perlu konsumsi suplemen untuk booster asi, jangan ragu-ragu untuk beli. Karena perasaan yakin dan positif, bisa memengaruhi lancarnya produksi asi. Obat Galaktagog dari dokter Bisa juga konsumsi booster asi-nya dalam bentuk obat. Tapi obat galaktagog ini harus dari dokter yang nggak bisa dibeli secara bebas. Jadi pastikan untuk konsultasi dulu ke dokter. Pompa ASI Diperiksa Selama proses relaktasi, nggak sedikit bayi yang menolak menyusu langsung. Satu-satunya acara untuk mengeluarkan asi adalah dengan pumping. Kalau segala cara di atas sudah ditempuh tapi asi yang keluar masih sedikit, nggak salahnya untuk memeriksa pompa asi. Karena bisa jadi pompa asi yang dipakai performanya menurun atau rusak yang bikin pengeluaran asi nggak maksimal. Bonding ke Anak Diperkuat Bonding, salah satu aktivitas yang bisa membuat asi lancar jaya. Dengan memperkuat bonding seperti pijat bayi sendiri, skin to skin, dll ibu pasti merasa bahagia. Rasa bahagia ini lah yang bisa memicu munculnya hormon oksitosin biar pengeluaran asi jadi lancar sehingga produksi asi pun tetap berjalan. Pijat Oksitosin Khusus busui, ada yang namanya pijat oksitosin. Pijat oksitosin ini dipercaya mampu melancarkan pengeluaran dan produksi asi. Caranya gimana? Silakan googling ya. Karena minim tehnik dan cuma butuh waktu yang sebentar, pijat oksitosin ini bisa dipraktekkan di rumah dengan bantuan suami. Menggunakan Suplemental Nursing System SNS Ini alat yang bisa dipakai buat merangsang pengeluaran asi. Sumber gambar dari salah satu ecommerce, tapi ga bisa disebut karena bukan tulisan sponsor. Jadi, alat yang gantung itu diisi asi/susu terus bagian bawahnya dikasih selang NGT atau Nasogastric Tube dan ujung selangnya ditempel di payudara. Saat bayi menghisap, asi bakal kesedot dan masuk mulut bayi. Dengan alat ini harapannya, semakin sering ada stimulasi langsung dari hisapan bayi, maka bisa membantu hormon prolaktin untuk memproduksi asi. Alat ini harganya hampir 1jt-an, tapi bisa bikin sendiri dengan modifikasi. Support System Ini salah satu hal terpenting biar sukses relaktasi. Dukungan keluarga apalagi suami, sangat mampu mendukung keberhasilan relaktasi. Karena ternyata ada penelitian, bahwa 50% keberhasilan menyusui terdapat pada support suami. Iya, segitu besar pengaruhnya. Jadi, jangan lupa untuk selalu mengedukasi suami atau keluarga tentang manfaat pemberian asi. Selalu tanamkan keyakinan dan positif thinking juga bahwa proses relaktasi ini akan berhasil. Karena menurut dr. Ariani, wanita yang sebelumnya nggak hamil atau lansia pun akan bisa menyusui dengan proses relaktasi. Apalagi kita yang memang berstatus ibu menyusui karena selesai melahirkan. Jadi, tetap semangat, berdoa, selalu bahagia dan selalu yakin bahwa ibu pasti bisa untuk kembali menyusui. Salam,